Rabu, 22 Januari 2014

Permasalahan produktivitas bawang merah dan solusinya



Permasalahan Bawang Merah
Permasalahan bawang merah yang akhie ini terjadi adalah produktifitas bawang merah rendah hingga dalam segala nasional, sehingga menyebabkan harga bawang rendah mahal dan sulit untuk dieksport ke Luar Negeri.

Hal ini dapat terjadi karena menurut Wawan Junaidi (2009) ada beberapa kendala yang dapat menyebabkan rendahnya produktifitas bawang merah hingga dalam skala nasional, diantaranya adalah:
  1. Cara budidaya bawang merah yang kurang optimal, kebanyakan petani tidak memperhatikan jenis tanah yang cocok untuk membudidayakan bawang merah, asal dalam pemberian pupuk.
  2. Banyak sekali serangan hama dan penyakit
  3. Hanya dapat ditanam sepanjang musimnya
  4. Pada umumnya petani masih menggunakan benih lokal yang ditanam terus menerus
  5. Bawang merah cepat busuk karena petani kurang informasi dalam penanganan pasca panen
  6. Banyak sayuran yang terkontaminasi 
Solusi dari Permasalahan Bawang Merah
Semua permasalahan tersebut, dapat diatasi dengan beberapa solusi. Solusi yang dapat diterapkan dan digunakan untuk mengatasi masalah tersebut menurut berbagai ahli pendapat, diantaranya adalah:

1. Untuk permasalahan cara budidaya bawang merah yang kurang optimal dikhususkan pada pengolahan tanah dan pemupukannya, karena kebanyakan para petani kurang mendapatkan informasi tentang hal tersebut, terlebih dahulu harus mengetahui syarat tumbuh bawang merah.

a. Tanah
Kebanyakan para petani menggunakan tanah sawah yang kurang sesuai dengan bawang merah, semisal tanah terlalu becek atau pun tanah yang terlalu lembab. Maka harus diperhatikan bahwa bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 – 6.5, ketinggian 0-400 mdpl, kelembaban 50-70 %, suhu 25-320 C.

b. Pemupukan
  • Pemupukan dasar, dengan memberikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah, atau jika dipergunakan  Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dengan dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan. Lalu Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 10 botol/1000 m2 dengan cara :
a. alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk.
Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
b. alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 sendok peres makan Super Nasa untuk
menyiram 5-10 meter bedengan. Dan biarkan selama 5 – 7 hari
  • Pemupukan susulan, Pemupukan susulan berguna untuk menambah unsure hara yang sudah mula berkurang.  Berikut pemberian pupuk susulan untuk dosis per 1000 m2, adalah: 
a. 2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl
b. 4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl
Campur secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan aplikasikan di sekitar rumpun atau
garitan tanaman. Pada saat pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak
terbakar dan terganggu pertumbuhannya. atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK\(15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2 minggu. Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan  Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil. Maka seharusnya para petani tidak sembarangan dalam memberikan pupuk.
2. Kendala yang tidak bisa lepas dari pembudidayaan bawang merah adalah serangan hama.
Menurut Wawan Junaidi (2009) hama yang banyak dan sering menyerang bawang merah
diantaranya adalah:
  • Bercak ungu (Alternaria porii) dengan gejala serangan bercak kecil, cekung, warna putih hingga kelabu. Pengendalian dengan penyemprotan menggunakan air bersih sehabis hujan, atau menggunakan fungisida yang berbahan aktif tembaga hidroksida.
  • Bercak daun Cercosphora, dengan gejala bercak klorosis bulat warna kuning. Dikendalikan dengan fungisida yang sesuai.
  • Ulat dengan gejala serangan daun bila diteropong tampak bekas dimakan ulat. pengendalian dengan insektisida berbahan aktif klorfirifos.
3. Untuk mencegah terjadinya fluktuasi produksi dan fluktuasi harga yang sering merugikan petani,
maka perlu diupayakan budidaya yang dapat berlangsung sepanjang tahun antara lain melalui
budidaya di luar musim (off season). Dengan melakukan budidaya di luar musim dan membatasi
produksi pada saat bertanam normal sesuai dengan permintaan pasar, diharapkan produksi dan
harga bawang merah dipasar akan lebih stabil.
Permasalahan yang kompleks adalah penanaman bawang merah hanya pada musimnya, sehingga
produksinya rendah. Namun hal tersebut dapat teratasi dengan menanam bawang merah tidak
harus pada musimnya yaitu musim kemarau. Menurut Leaflet Dirjen Bina Produksi Hortikutura
(2001) penanaman bawang merah tidak sesuai dengan musimnya, dapat dilakuakan beberapa hal
berikut ini yang merupakan perlakuan yang sangat penting dan utama:
  • Pengolahan tanah dilakukan pada saat tidak hujan 2 – 4 minggu sebelum tanam, untuk menggemburkan tanah dan memberik sirkulasi udara dalam tanah. Tanah dicangkul sedalam 40 cm.
  • Cara penanamannya; kulit pembalut umbi dikupas terlebih dahulu dan dipisahkan siung- siungnya. Untuk mempercepat keluarnya tunas, sebelum ditanam bibit tersebut dipotong ujungnya hingga 1/3 bagian. Bibit ditanam berdiri diatas bedengan sampai permukaan irisan tertutup oleh lapisan tanah yang tipis.
  • Perawatan lainnya sama seperti membudidayakan bawang merah pada musim kemarau.
4. Masih banyak petani menggunakan varietas lokal setempat yang diturunkan terus menerus tanpa
pemuliaan. Kelemahan menggunakan varietas lokal ini selain produksi rendah dan umur genjah
juga kurang tahan terhadap hama dan penyakit. Selama kurun waktu 1995 – 2000 telah banyak
beredar varietas Hibrida baik yang dihasilkan dari dalam maupun impor. Kebanyakan varietas
impor berasal dari Bima, Brebes, Ampenan, Medan, Keling, Maja Cipanas, Sumenep, Kuning,
Timor, Lampung, Banteng (Kementerian Pertanian, 2009).
  • Ciri-ciri benih bawang merah yang bagus, diantaranya adalah benih berukuran sedang, berdiameter 1,5-2 cm dengan bentuk simetris dan telah disimpan 2-4 bulan, akhirnya, warna umbi untuk lebih mengkilap, bebas dari organisme penganggu tanaman.
5. Agar tidak busuk bawang merah, maka harus ada penanganan pasca panen secara benar. Dengan
adanya penanganan pasca panen pula dapat menambah nilai jual dan nilai guna dari bawang
merah tersebut. Penanganan pasca panen bawang merah secara benar menurut (Rukmana. R,
1995), diantaranya adalah:
  • Penjemuran dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 % baru disimpan di gudang. 
  • Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang. Jika hal ini diperhatikan maka kemungkinan kecil bawang merah akan mudah busuk. 
6. Beberapa sayuran seperti kubis, tomat, wortel, cabai merah, bawang merah, dan selada yang berasal dari petani maupun yang ada dipasaran mengandung mikoba diatas ambang batas yang direkomendasikan Kementerian Pertanian. Hal ini mempengaruhi pula kandungan mikroba pada makanan yang mengguanakan sayuran segar tersebut. Bawang merah yang terkontaminasi disebabkan oleh penanganan pasca panen yang minim sekali diterapakan dan pengguanaan pestisida yang tidak sesuai dengan dosis dan cenderung over dosis Jenis kontaminan yang menjadi perhatian utama saat ini adalah mikroba (E. coli, Salmonella, Shigella, dan Staphylococcus), logam berat, dan residu pestisida (Winarti Cristina dan Miskiyah,
2010)

Untuk menangani masalah tersebut, maka ada beberapa cara dapat dilakukan (Winarti Cristina dan
Miskiyah, 2010)
, adalah:
  1. Pencucian menggunakan air mendidik, air mengalir, larutan sabun maupun ozon terlarut
  2. Pembersihan, pengupasan, dan pemotongan bagian akar maupun kulit terluar
  3. Pencelupan dalam air panas atau pemblansiran
  4. Penggunaan sanitizer
  5. Menerapkan GAP (Good Agriculture Practices) dan GHP (Good Handling Practises) dalam rantai pemasaran bawang merah.
Permasalahan yang dihadapi bawang merah, adalah permasalahan yang menjadi kendala dalam menjual bawang merah dalam pemasaran, karena permasalahan-permasalahan tersebut dapat menyebabkan turunya produktifitas bawang merah, namun dilain pihak permintaan akan bawang merat cukup tinggi, hal inilah yang menyebabkan permasalahan dalam skala nasioanal pula. Permasalahan nasional tersebut adalah fruktasi harga dari bawang merah tinggi, harga bawang merah mahal.
Diharapkan dengan adanya solusi-solusi tersebut dapat meningkatkan produktifitas bawang merah dan meningkatkan kualitas dari bawang merah.


KESIMPULAN
  1. Bawang merah adalah suatu komoditas sayuran yang akhir ini mengalami permasalahan. Permasalahan ini adalah rendahnya produktifitas bawang merah dalam skala nasional
  2. Beberapa permasalahan yang komplek ada;ah, bawang merah hanya dapat ditanam pada musim 
  3. Kemarau saja (April-Oktober), namun permintaan akan bawang merah terus meningkat
  4. Permasalahan tersebut dapat teratasi dengan menanam bawang merah tidak hanya pada musimnya saja, dengan cara-cara yang sudah ditemukan
  5. Permaslahan yang kuarang adanya informasi yang cukup tentang penangan pasca panen sehingga bawang merah mudah busuk dan terkontaminasi oleh mikroba, logam berat, dan residu pestisida. 
  6. Maka dalam mengatasinya harus memperhatikan GAP dan GHP
  7. Semua permasalahan yang terjadi pada bawang merah jika di selesaikan dengan solusi-solusi yang ada dan benar serta solusi yang akurat maka akan meningkatkan produktifitas dari bawang merah

comments

Tidak ada komentar: